Just
Following The Destiny
by
Dewi Septiani
"aduh... gue terlambat." ucapku
" mah, Nam berangkat, Assalamualaikum." Teriakku
"waalaikumsalam, hati-hati ya sayang." balas mamah dari dapur.
"ya"
hallo, gue Namnia Claradita, biasa di panggil
Nam, gue sekolah di salah satu SMA di Kota Karawang dan masuk kelas XI IPA 1,
gue termasuk cewe yang ceroboh dan suka terlambat, ya itulah gue, udah
kebiasaan gue seperti itu.
"lo terlambat lagi nam." ucap iif teman sebangkuku.
"lo beruntung bu Cinta belom dateng." sambung Khoerunnisa atau yang biasa di panggil khoer, dia duduk di depan gue.
"iya, untung tuh guru belom dateng, kalo nggak, pasti gue di suruh lari 10 puteran di lapangan yang segitu gedenya, bisa gempor gue, udah kesininya lari, masa harus lari lagi." ucap gue sambil mengatur nafas yang putus-nyambung-putus-nyambung.
sama seperti kelas lain di sekolahku, bahkan di
seluruh sekolah, kelas gue berisik bagaikan pasar minggu, ada yang sibuk
jualan, gosipin cowok, gendang-gendangan kayak pengamen jalanan, dan ada yang
joget + nyanyi-nyanyi gak jelas, mending suaranya bagus, pales banget bro...
terus ada yang pacaran, bercontek ria, dan masih banyak lagi, itu udah biasa
bagi gue, beginilah suasana kelas, walaupun udah di shat-shut-shat-shut kayak
ban kempes, tetep aja berisik.
bu Cinta berjalan menuju kelas, "BU CINTA
WOY, BU CINTA." teriak anak cowo yang kayaknya emang bertugas untuk
mengawasi keadaan di luar, jadi kalau ada guru dateng, dia bakal teriak untuk
memperingati teman-temannya.
anak laki-laki, tidak! hampir semua murid di
kelas gue kalang kabut duduk di tempatnya masing-masing, ada yang lari tapi
jatoh karena kesandung bangku orang, ada yang langsung duduk rapi dan tutup
mulut, dan ada yang langsung pura-pura baca buku, tapi bukunya kebalik, gak
pinter akting tuh orang -_-', gue mah santai aja.
bu Cinta masuk kedalam kelas, dalam sekejap
kebisingan menjadi keheningan, bener-bener hebat tuh guru, bisa nertibin cowo
kelas gue, padahal mereka itu udah di cap sebagai 'ANAK BANDEL SEJATI', tapi bu
Cinta dapat mengatur mereka dengan ketegasannya yang super itu.
“selesai, beri salam kepada ibu guru.” Komando KM
“assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Ucap anak-anak dengan nada kayak anak TK, tau sendiri kan anak TK kalo beri salam itu kayak gimana? Lambat banget bro... mulut gue aja sampe pegel.
“waalaikumsalam.” Jawab bu Cinta singkat.
“hari ini kalian kedatangan murid baru.” Sambung bu Cinta. Dari pintu muncul anak cowo berwajah dingin tapi lumayan keren.
“dia berasal dari Jakarta, gimana? Dia ganteng kan?” tanya bu Cinta
“iya bu.” Jawab anak perempuan termasuk gue, sekedar meramaikan suasana aja gue mah, sedangkan anak cowo, mereka hanya ngedumel nggak jelas, ngiri kali ya. :D
“silahkan perkenalkan diri.” Ucap bu Cinta
“namaku Ryu ichii Wijaya, biasa di panggil Ryu.” Ucapnya dengan nada datar namun terkesan dingin
“ibu harap kalian dapat berteman baik dengannya.” Ucap Bu Cinta.
“siap bu.”
“so pasti.”
“tentu.”
“oke bu.”
“iya bu.”
“pasti bu.”
“sip bu.”
“wokeh bu.”
“he-eh lah bu.”
“so pasti.”
“tentu.”
“oke bu.”
“iya bu.”
“pasti bu.”
“sip bu.”
“wokeh bu.”
“he-eh lah bu.”
Sungguh bermacam-macam jawaban kami, bener-bener nggak kompak, namun walaupun begitu kita tetap satu, seperti semboyan negara kita, yaitu ‘bhinneka tunggal ika’ yang artinya berbeda-beda tetap satu jua, eh kok malah ngebahas itu, ah lupakan saja, ayo kita lanjutkan.
“kamu duduk disana, di samping Khoerunnisa.” Tunjuk ibu.
“baik, terima kasih.” Balas laki-laki itu, dia duduk di samping Khoer, itu artinya tepat di depan Iif.
“hai, gue Khoerunnisa.” Sapa Khoer.
Laki-laki itu hanya menatap
Khoer sebentar tanpa membalas sapaan Khoer, tapi kayaknya Khoer nggak marah,
bahkan dia terlihat sangat senang, (sombong banget tuh orang.) pikirku.
‘Teeetttt... teeettt.... istirahat’ suara dari sumber suara sekolah menandakan jam istirahat. Anak-anak berhamburan keluar kelas, termasuk laki-laki sombong itu, kini yang ada di kelas hanya gue, Khoer, Iif, dan Lia.
“sombong banget tuh cowo.” Ucapku.
“jangan sok tau nam, kamu kan belom kenal dia, kalo udah kenal lama, baru kamu bisa nilai dia.” Sahut Lia.
“hmm.” Dehemku sambil memutar kedua bola mataku.
“tau tuh Namnia, main nilai-nilai orang.” Sindir Iif.
“kalo menurut gue, dia nggak sombong, dia itu keren... kayak uchiha sasuke, ituloh.. pacar gue.” Ucap Khoer.
“jauh kalee...” sahutku
“Khoer ngomongin sasuke mulu nih, itu kan Cuma kartun.” Ucap Lia.
“tapi dia itu keren...” balas Khoer.
“Khoer.... Khoer....” ucap Iif.
“Mom, gue beli risolnya dong lima.” Ucapku pada Lia.
Lia duduk di samping gue, biasa jualan makanan
ringan setiap hari, entah karena memiliki sifat keibuan atau mukannya yang
ketuaan, dia sering di panggil mommy sama anak-anak, termasuk gue.
“Nih, lima ribu ya sayang.” Ucap Lia, gue ngambil uang 5000 di kantong gue
lalu memberikannya ke Lia. Tanpa ba-bi-bu gue
langsung ngelahap makanan itu tanpa sisa, Lia, Iif, dan Khoer melihatku
aneh.“lo laper ato doyan?” tanya Khoer mewakili pikiran Lia dan Iif
“laper, nggak sarapan soalnya.”
“oh, kasian amat, makanya jangan bangun kesiangan.” Sindir Lia
“ Ya, ya, ya, ngomong-ngomong, amat itu siapa? Pacar Mommy?” ucapku.
“bukanlah, nggak usah bercanda deh Nam.” Ucap Lia
“Nam... Nam... masa nggak tau amat itu apa.” Ucap Khoer.
“tau, amat itu yang kerja di kecamatan kan.” Balasku
“itu camat.” Sahut Iif
“amat itu yang suka ada di sayuran.” Ucap Khoer
“itu tomat.” Sahut Lia.
“udah, udah, ada yang bawa minum gak?” tanyaku.
“gue bawa, lo mau?” tawar Khoer.
“mau, mau, buruan.”
“nih.” Gue ambil minum Khoer dengan sigap dan meminumnya habis tak bersisa.
“gila lo, abis.” Ucap Khoer sambil memegang botol minumnya yang kosong, gue nyengir badak, menampilkan muktados gue.
“makacih ya Khoelku cayang.” Ucapku ala anak TK.
“iya, iya, gak papa deh minum gue abis, dari pada kagak di minum.”
“Khoer emang baik deh, gue buang sampah dulu ye.” Ucapku sambil berjalan keluar
Brukk!! Gue rasa tadi gue nabrak sesuatu yang
tinggi, berkulit, dan yang pastinya memiliki nyawa
“eh, sorry sorry, gue gak sengaja.”“bodoh.” Ucapnya
Gue Liat, siapa sih yang hanya mengeluarkan kata terkutuk itu untuk menjawab permintaan maaf gue, gue udah siap untuk marahin orang itu, dan ternyata dia adalah....
To be continue
Siapakah yang di tabrak oleh Namnia? Orang yang mengeluarkan kata bodoh untuk menjawab permintaan maafnya ini menurutnya sangat menyebalkan, apakah yang akan terjadi selanjutnya? Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya. v^_^v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar